Keterampilan menenun menjadi satu pegangan hidup bagi perempuan Sukarara. Jadi aturan ini memang buat para perempuan itu sendiri agar bisa mandiri dan menghidupi dirinya. Di Sukarara, pemberdayaan perempuan sudah mulai sejak zaman dulu.Para penduduk Sukarara, terutama para perempuan memang wajib belajar menenun. Sejak usia kanak-kanak para perempuan tersebut sudah diajari menenun kain dengan motif yang sederhana. "Saya dulu 10 tahun sudah bisa menenun," kata Robiah.
Budaya tenun diwariskan dari orang tua ke anak-anak mereka. Para ibu mewariskan brire, salah satu alat untuk menenun kepada anak perempuannya. Tenun menjadi salah satu warisan penting di Sukarara. "Di desa lain, perempuan tidak wajib belajar tenun, hanya di Sukarara," kata Robiah.
Kewajiban perempuan Desa Sukarara bisa menenun menjadi aturan yang masih berlaku hingga sekarang ini. "Menurut awe-awe adat, perempuan yang belum bisa menenun tidak boleh menikah," kata Nurdin, salah seorang pemandu di Desa Sukarara.
Kain tenun di Lombok terdiri dari dua jenis, yaitu tenun ikat dan songket. Kain tenun ikat dikerjakan oleh para lelaki dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Dalam sehari mereka bisa menghasilkan hingga tiga meter kain tenun ikat. Adapun Para perempuan menenun songket. Dalam sehari, mereka cuma mampu menenun maksimal 15 cm songket.
Ada aturan unik: perempuan Desa Sukarara yang belum bisa menenun tapi berani menikah bisa terkena denda. Dendanya berupa uang, padi, atau beras. Aturan soal tenun ini tidak berlaku bagi kaum lelaki, meski ada pula lelaki yang bekerja sebagai penenun kain ikat.
Pembuatannya pun berbeda. Paling sulit dari pembuatan songket ini terletak pada penentuan motif. Pengerjaannya yang manual membuat waktu tenun menjadi lama. "Satu songket bisa selesai dalam satu bulan," kata Masitah. Bahkan ada tenun songket yang baru kelar dalam waktu dua setengah bulan kalau memang motifnya rumit dan pengerjaannya tidak rutin.
Nurdin mengatakan para perempuan yang bekerja menenun songket dari pukul 08.00 hingga 17.00 biasanya hanya mencatat kemajuan tipis. "Sehari itu mereka bisa menenun minimal 10 sentimeter hingga maksimal 15 sentimeter," kata Nurdin. Panjang rata-rata tenun songket ini sekitar 12 sentimeter per hari.
Biasanya para perempuan menenun songket dengan lebar 60 sentimeter dan panjang empat meter. Setelah selesai, songket itu akan dipotong dan disambungkan sehingga menjadi kain dengan panjang 2 meter dan lebar 120 sentimeter. "Ciri khas lainnya adalah sambungan di tengah untuk menyatukan dua kain itu," imbuh Nurdin. Penyambungan kain itu tentu saja dilakukan oleh penjahit yang terampil agar motif dua belahan kain ini bisa menyatu sempurna. "Satu keluarga biasanya memiliki empat atau lima motif yang khas," kata Nurdin.
Para penenun menggunakan serat pohon mahoni untuk cokelat kemerahan, batang jati untuk warna cokelat muda, biji asam untuk warna cokelat tanah, dan batang pisang busuk untuk cokelat tua. Selain itu, para warga Sukarara menggunakan campuran anggur dan kulit manggis untuk bahan warna alami ungu.
Namun, para perajin juga menggunakan pewarna kimia untuk warna-warna lain seperti merah muda, hijau muda, kuning, dan warna-warna yang sulit didapat dari pewarna alam.
Warna alam biasanya dipakai untuk tenun ikat. Sedangkan songket memiliki warna yang lebih cerah dengan aksen emas. Kain tenun ikat memiliki lebar 105 sentimeter. Panjangnya bisa mencapai 100 meter.
Adapun harga jual tenun songket Lombok bervariasi mulai dari angka Rp 200.000 hingga Rp 5 juta per lembar berukuran lebar 120 cm dan panjang 2 meter.
Sebagian besar para perajin yang umumnya bermata pencaharian sebagai penenun di desa ini adalah andalan industri kerajinan tradisional di Lombok. Bila Anda berkeliling di setiap sudut desa, maka hampir seluruh warga akan ditemukan sedang dalam aktivitas “nyensek” (bahasa daerah untuk menenun). Keahlian ini terutama dilakukan oleh kaum remaja, bahkan anak-anak yang menginjak remaja. Inilah Desa Sukarara, yang dahulu tidak dikenal namun kini telah berubah menjadi desa kerajinan tenun yang sudah menasional, bahkan mendunia. Bayangkan saja, banyak wisatawan yang tidak lupa menyempatkan dirinya untuk singgah di desa yang jaraknya cuma sekilo dari Desa Puyung, Lombok Tengah ini.
Ikon motif tradisional bercorak khas Lombok adalah torehan utama pada produksi pertenunan Lombok. Motif bangunan khas Lombok yang disebut “lumbung” dan goresan-goresan bernuansa tradisional ini lebih disukai daripada tema kehidupan modern. Justru mungkin hal inilah yang menarik para konsumen lokal maupun luar negeri.
Umumnya kain tenun buatan Sukarara ini disebut “Subahnala” dengan berbagai ragam rias tenun tradisional maupun kreasi baru seperti kain sarung, kembang komak, ragi genap, tapo kemalo, ikat pinggang dan lain-lain. Selanjutnya muncul kain tenun dalam bermacam ragam rias seperti penginang, taman rengganis, taman raksasa, remawa dan wayang. Berbagai macam motif yang variatif dari produksi tenun ini tetap dikerjakan secara tradisonal. Tenun Sukarara lebih sering disebut Songket atau Tenun Gedogan khas Sukarara.
Sumber: Antara & Grematour.
In this fashion my associate Wesley Virgin's autobiography begins with this shocking and controversial VIDEO.
BalasHapusAs a matter of fact, Wesley was in the army-and soon after leaving-he unveiled hidden, "SELF MIND CONTROL" tactics that the government and others used to get whatever they want.
THESE are the EXACT same methods tons of celebrities (especially those who "come out of nowhere") and elite business people used to become wealthy and famous.
You probably know how you only use 10% of your brain.
Really, that's because the majority of your BRAINPOWER is UNCONSCIOUS.
Maybe that expression has even taken place INSIDE your very own head... as it did in my good friend Wesley Virgin's head 7 years back, while driving an unlicensed, beat-up garbage bucket of a car with a suspended license and $3.20 on his banking card.
"I'm absolutely fed up with going through life payroll to payroll! When will I become successful?"
You've taken part in those thoughts, right?
Your very own success story is going to start. All you need is to believe in YOURSELF.
WATCH WESLEY SPEAK NOW